Jakarta, Merdeka17.id – Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) menjadi landasan penting dalam mencetak guru yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga unggul dalam karakter dan penerapan nilai-nilai kepemimpinan.
Keberhasilan program ini tidak dapat dilepaskan dari peran strategis Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang menjadi ujung tombak penyelenggaraannya. Tak sekadar menjalankan regulasi, sejumlah LPTK menunjukkan praktik baik dengan inovasi, adaptasi, dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan di lapangan.
Contohnya, Universitas Negeri Malang (UM). Direktur Sekolah Pascasarjana UM Adi Atmoko menegaskan bahwa selain memenuhi kewajiban akademik, pihaknya juga mendorong peserta PPG untuk mempublikasikan karya ilmiah dari hasil praktik lapangan.
Selain itu, peserta PPG juga akan mengikuti lokakarya (workshop), pelatihan, hingga pendampingan hingga publikasi jurnal terakreditasi. Bahkan, dana khusus dialokasikan untuk riset dan pengabdian masyarakat, sehingga calon guru bukan hanya kompeten mengajar, tetapi juga aktif secara ilmiah.
Tak ketinggalan, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang menghadirkan pendekatan antisipatif terhadap learning loss dalam pembelajaran daring. Rektor UAD Muchlas mengungkapkan bahwa tantangan besar PPG daring adalah interaksi satu arah yang berisiko menurunkan kualitas pemahaman.
UAD menjawab tantangan ini dengan perbaikan desain materi dan membentuk klaster-klaster wilayah yang didampingi oleh alumni sebagai mentor lokal. Hasilnya, interaksi dan adaptasi berjalan lebih baik dan mendalam.
Sementara itu, Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) menghadapi tantangan geografis dan ketimpangan akses informasi. Rektor Abdul Rakhim Nanda menjelaskan bahwa banyak peserta PPG berasal dari wilayah 3T (daerah tertinggal, terdepan, dan terluar).
Untuk mengatasi kesenjangan kesiapan, UNISMUH menerapkan matrikulasi dan penyamaan persepsi awal. Pendekatan ini memungkinkan peserta dari berbagai latar belakang mencapai capaian kompetensi yang setara di akhir program.
Praktik baik lainnya, datang dari Universitas PGRI Semarang (UPGRIS). Melalui pendekatan psikopedagogis, Rektor Sri Suciati menekankan pentingnya ketenangan psikologis dan motivasi para peserta.
Selain itu, dosen-dosen PPG di UPGRIS juga harus memenuhi ketetapan standar minimal kualifikasi Lektor Kepala, untuk memastikan pelayanan akademik terbaik. Pertemuan praujian yang membahas soal dan strategi menjawab juga dijalankan secara rutin untuk menghindari kecemasan peserta. Hasilnya, tingkat kelulusan mahasiswa UPGRIS konsisten di atas rata-rata nasional.
Berikutnya, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang menampilkan wajah LPTK kolaboratif dan adaptif di era disrupsi. Rektor UNESA Nurhasan, yang juga Ketua Forum Rektor Indonesia, menjalin kemitraan multisektor dengan pemerintah daerah, industri pendidikan, dan komunitas digital.
UNESA mengintegrasikan literasi digital, nilai kebhinekaan, hingga kompetensi bahasa asing ke dalam konten PPG. Pendampingan intensif memastikan peserta siap beradaptasi di dunia nyata.
Apresiasi Atas Komitmen Hadirkan PPG Terbaik
Praktik-praktik baik dari lima LPTK tersebut menunjukkan komitmen untuk menghadirkan yang terbaik dalam penyelenggaraan PPG. Karena itulah, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memberikan apresiasi khusus pada acara Tasyakuran Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025.
Kelima LPTK yang menerima apresiasi, yakni UNESA, UM, UAD, UNISMUH, dan UPGRIS. Mereka dipilih karena telah menunjukkan pencapaian luar biasa dalam tiga aspek utama penilaian.
Ketiga aspek tersebut adalah: 1) penjaminan mutu, termasuk kapabilitas dosen, proses pembelajaran, dan kontribusi terhadap kompetensi lulusan; 2) tata kelola keuangan, yaitu efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas penggunaan anggaran PPG; dan 3) konsistensi proses penyelenggaraan, mulai dari tahap lapor diri hingga uji kompetensi akhir.
Momentum apresiasi ini mempertegas bahwa pelaksanaan PPG bukan sekadar urusan administratif, melainkan investasi strategis jangka panjang dalam membangun SDM guru yang profesional dan berdampak luas.
Karena itu, praktik baik dari lima LPTK ini diharap bisa direplikasi di seluruh Indonesia, untuk mewujudkan sistem pendidikan guru yang bermutu. Sebab, pendidikan yang berkualitas dimulai dari guru yang unggul, dan guru yang unggul lahir dari LPTK yang inovatif dan visioner.***
Penulis: Tim Ditjen GTK PG
Editor: Denty A.