Manado, Merdeka17.id – Prof. Dr. Ir. Oktovian Berty Alexander Sompie, M.Eng., IPU, ASEAN Eng. dituntut mundur dari jabatannya sebagai Rektor Universitas Sam Ratulangi jika tidak mampu memperjuangkan kesejahteraan dosen.
Demikian salah satu tuntutan para dosen Unsrat yang tergabung dalam ADAKSI (Aliansi Dosen Akademik dan Kevokasian Seluruh Indonesia) Wilayah Sulawesi Utara yang melakukan aksi jalan kaki dan berorasi di depan Kantor Rektorat Unsrat pada Selasa, 20 Mei 2025 mulai pukul 08.30 WITA.

Kebangkitan Keadilan Unsrat
Mereka menamainya Aksi Damai memperingati Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2025 yang bertajuk “Bangkitlah! Tegakkan Keadilan”. “Hari Kebangkitan Keadilan di Unsrat,” kata dosen Adinda Nelwan (Fatek), Boyke Rorimpandey (Fapet), dan Rivo Sumampouw (FISIP) kepada wartawan seusai menyampaikan tuntutan mereka ke pimpinan Unsrat.
Rektor Unsrat Oktovian Berty Alexander Sompie, menurut Wakil Rektor Bidang Akademik Unsrat Arthur Gehart Pinaria, tidak berada di tempat karena sedang tugas luar. Para penuntut keadilan itu hanya ditemui oleh 4 Wakil Rektor Unsrat.
Dalam orasi mereka, ADAKSI Wilayah Sulawesi Utara menuntut 4 hal, yakni: (1) Remunerasi minimal setara nilai tukin (tunjangan kinerja) untuk seluruh dosen; (2) Kembalikan ke BLU non remunerasi jika tidak minimal setara tukin; (3) Menolak kenaikan UKT; dan (4) Rektor mundur jika tidak peduli dengan kesejahteraan dosen.

Kampus Unsrat Sepi
Terpantau Polda Sulut, Polsek Malalayang, dan Polsek Wanea berjaga-jaga di depan dan seputaran Rektorat Unsrat saat 20-an dosen sedang melakukan aksi. Menurut Pembina ADAKSI Wilayah Sulawesi Utara Boyke Rorimpandey (Fapet) bahwa aksi tersebut akan diikuti oleh 300 orang. Seratus dosen dan 200 mahasiswa.
Namun, pihak rektorat membuat kebijakan bahwa sejak tanggal 20-23 Mei 2025 perkuliahan dilakukan secara daring. Menurutnya, para Satpam termasuk Wakil Rektor III menghalangi mahasiswa yang akan masuk kampus untuk berpartisipasi dalam aksi damai tersebut di pintu gerbang utama.
Tidak heran, sejak pagi hingga siang-sore, Kampus Unsrat tampak lengang, sunyi, sepi, tidak banyak orang karena tidak ada aktivitas perkuliahan. “Kasihan mahasiswa yang akan melakukan bimbingan dan seminar karena tidak diizinkan masuk kampus,” kata seorang dosen.
Diperingatkan
Sementara itu, dosen Rivo Sumampouw (FISIP) menyela dan memperingati keras Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Ralfie Pinasang agar tidak melakukan pengancaman secara terbuka terhadap orang terkait kenaikan UKT (uang kuliah tunggal).
“Tolong dicatat itu, tidak ada. Jadi kalau ada yang menyampaikan itu atau tidak benar, jujur, kami akan proses orang itu. Karena ini provokasi,” tegas Ralfie Pinasang.

Tidak Ada Tekanan
Dosen senior FISIP Unsrat Julius Randang ketika dimintai tanggapannya mengatakan bahwa dalam kondisi saat ini tidak cocok lagi hanya dengan aksi damai. “Jika ingin berhasil maka harus disertai tekanan. Contoh, saat para hakim memperjuangkan nasibnya, mereka bersepakat untuk cuti serentak, di seluruh Indonesia.”***
Pewarta: Iwan Ngadiman