Orangnya bersahabat, tegas, dan enak diajak ngobrol. Itulah kesan pertama saat bertemu dengan Wasti Marthin, S.Pd., M.A.P. Saat ini, Wasti Marthin dipercayakan sebagai Kepala SMP Negeri 7 Bitung yang beralamatkan di Jalan Pinangunian, Kelurahan Aertembaga Dua, Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung.
Ditemui di sela-sela acara Refleksi Akhir Tahun Ajaran Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan Kedua Tahun Pertama di kota Bitung yang diselenggarakan oleh BGP Provinsi Sulut dan dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bitung pada Selasa, 27 Juni 2023, Wasti Marthin pun sedikit menceritakan pengalamannya. Mengelola sekolah dengan hanya 21 guru PNS dan 15 guru THL untuk mengajari 621 peserta didik bukanlah hal gampang. Bahkan, untuk meningkatkan prestasi akademis dari anak didiknya serasa ada sesuatu yang membebani yang dirasakan oleh para guru ataupun dirinya sendiri. Baginya, semangat para guru untuk mendidik tinggi tapi ada hambatan.
Tidur di Emper
Sebagai pendidik–sekaligus alumnus program sekolah penggerak angkatan pertama tahun 2021–, gambaran karakter dari orang tua yang tidak begitu peduli terhadap (pendidikan) anaknya menjadi kegamangannya. Mungkin karena kesibukan mereka sehari-hari sebagai pedagang di pasar, buruh pelabuhan, dan petani. “Pagi hari, para orang tua sudah keluar rumah sehingga kurang memperhatikan anaknya yang akan ke sekolah,” ungkap Wasti Marthin seraya menambahkan, “banyak anak sering datang terlambat.” Tidak jarang ditemui siswanya yang hanya tidur di sengkuap ataupun di emper.
Situasi ini, tidak lantas membuat Sang Kepala Sekolah Penggerak Wasti Marthin patah semangat. Bermodalkan dukungan para guru yang loyal, guru yang suka bekerjasama, dan guru yang punya kemauan tinggi untuk belajar, mereka bahu membahu bekerja luar biasa kerasnya untuk mengatasi ini.
Di sisi lain, kerja keras tidak pernah membohongi hasil. Saat ini, SMP Negeri 7 Bitung adalah yang terbanyak memiliki CGP (calon guru penggerak), yakni 7 orang. Tidaklah mengherankan jika BGP Provinsi Sulut mempercayakan sekolah ini sebagai tempat penyelenggaraan Refleksi Akhir Tahun Ajaran Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan Kedua Tahun Pertama di kota Bitung. Selain itu, ketika saya diperbolehkan memasuki ruang kelas secara acak, terlihat sangat rapi, bersih, dan menarik. Memberi rasa ingin dan betah berlama-lama di dalam ruangan itu.
Kekurangan Guru
Di SMP Negeri 7 Bitung ada dua wakil kepala sekolah, yakni: (1) Wakil Kepala Sekolah Akademik Femiyati Anna Padoma, S.Pd.; dan (2) Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan Etelveti Tries Bentelu, S.Pd.K. yang selalu sangat siap membantu. Namun, sekolah ini masih kekurangan guru, yakni: guru pendidikan jasmani, guru bimbingan konseling, guru seni budaya, dan guru bahasa Indonesia.
Sekilas pandang, ada cukup banyak penghargaan yang diberikan kepada sekolah ini. Sebut saja, mendapat piagam penghargaan sebagai sekolah adiwiyata nasional tahun 2021 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI; mendapat piagam bintang 1 keamanan pangan untuk kantin sekolah dari Badan POM; dan piagam penghargaan dari Kemdikbudristek bahwa SMP Negeri 7 Bitung masuk 10 besar (peringkat 6) kategori “sekolah dengan kinerja terbaik (best performance)”, dan masih banyak lagi. Lebih dari itu, sekolah ini ter-akreditasi A.
Mungkin terbuai dengan saratnya prestasi sehingga pihak sekolah lupa akan ketersediaan air bersih pada toilet bahkan ada toilet (pria) seperti tidak terurus lagi dan tega-teganya dijadikan tempat sampah bagi gelas plastik air mineral bekas. Beberapa peserta Refleksi Akhir Tahun Ajaran PSP harus menahan hasrat untuk buang hajat menunggui air PAM datang.
Selain itu, ada juga rumput liar yang belum sempat dipangkas tumbuh tinggi di taman halaman sekolah. Walaupun begitu, sekolah ini berhasil menamatkan 188 peserta didik pada tahun ajaran 2022/2023. Dan pada tahun ajaran 2023/2024 ini mendapat kuota sebesar 234 peserta didik baru.
Ketika ditanya apakah nama marganya berhubungan dengan aktor film kawakan Roy Marten, Wasti Marthin pun mesem saja, tidak mau menjawab.***
Pewarta: Iwan Ngadiman