Pekanbaru, Merdeka17.id – Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Dirjen GTKPG), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Nunuk Suryani melakukan kunjungan kerja ke SMPN 14 Riau untuk melihat langsung pelatihan Pembelajaran Mendalam.
Pelatihan ini diselenggarakan sejak 19-23 Agustus 2025 diikuti sebanyak 60 guru yang berasal dari 10 sekolah menengah pertama di Kota Pekanbaru. Tampak Dirjen Nunuk Suryani banyak berinteraksi dengan para guru peserta pelatihan. Ia menanyakan pengalaman yang sudah didapat peserta selama menjalani tiga hari pelatihan terkait Pembelajaran Mendalam.
“Kami ingin mendengar langsung dari Ibu/Bapak guru apa yang sudah didapatkan selama tiga hari pelatihan ini dan bagaimana rencana penerapannya nanti di sekolah masing-masing,” ujar Dirjen Nunuk di Pekanbaru pada Kamis, 21 Agustus 2025.

Pelatihan ini disambut antusias dari para guru. Lulu Ariani, Guru SMPN 10 Pekanbaru, mengaku awalnya takut, namun setelah mengikuti pelatihan, pola pikirnya berubah menjadi lebih optimistis.
“Selama ini kami para guru terbiasa dengan fixed mindset. Tapi setelah menjalani pelatihan ini selama tiga hari, harapan kami besar sekali untuk bisa menjadi guru yang mempunyai pola pikir yang bertumbuh atau growth mindset. Kami ingin kesempatan ini berlanjut dan bisa diimbaskan ke KKG/MGMP,” ujar Lulu Ariani.
Yeni Siswanti, Guru SMPN 25 Pekanbaru juga mengapresiasi pelatihan Pembelajaran Mendalam yang ia dapatkan. “Pelatihan ini dapat mengubah pola pikir kami para guru dari fixed mindset ke growth mindset. Kami juga sudah mulai merancang praktik baik (pembelajaran) untuk dibagikan kepada para guru lainnya agar (proses pembelajaran) tersampaikan lebih baik ke peserta didik,” ujarnya.
Tanggapan Fasilitator
Fasilitator pelatihan Pembelajaran Mendalam Rina Oktaviani mengatakan bahwa pelatihan yang diberikan kepada para guru menekankan esensi bahwa Pembelajaran Mendalam bukan sekadar bernyanyi atau membuat suasana belajar menjadi riang, melainkan guru mampu menghadirkan AHA moment bagi siswa.
“Salah satu prinsip dalam Pembelajaran Mendalam adalah menggembirakan. Berarti peserta didik belajar dalam suasana yang positif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi. Guru mampu menciptakan suasana kelas yang menggembirakan agar tercapai keberhasilan belajar (AHA moment),” kata Rina Oktaviani seraya menekankan pentingnya para guru untuk memiliki pergeseran mindset dari Pola Pikir Tetap (PPT) ke PBB (Pola Pikir Bertumbuh).
AHA moment atau Momen AHA adalah momen munculnya pengetahuan mendalam tentang masalah yang telah diusahakan untuk dipecahkan, atau sekilas petunjuk mengenai situasi sulit yang sedang dihadapi seseorang.
Fasilitator Agus Trianita, menilai tantangan terbesar dalam pelatihan ini adalah bagaimana mengubah kebiasaan atau pola pikir guru yang sudah terbiasa di zona nyaman. Ia berharap sesi tatap muka lebih difokuskan dan pencarian solusi nyata bersama agar membantu para guru dapat mengimplementasikannya di sekolah.
Resmikan Gedung
Selain meninjau pelatihan, Dirjen Nunuk Suryani juga meresmikan Gedung Pendidikan dan Taman Numerasi yang berada di Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Provinsi Riau.
Ia berpesan agar gedung ini dapat menjadi rumah bersama bagi para guru untuk belajar. “Gedung ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan rumah bersama bagi para pendidik untuk belajar, berbagi, dan bertumbuh. Saya berharap BGTK Riau menjadi pusat inovasi, pusat kolaborasi, sekaligus ruang penguatan kapasitas guru agar mampu menjawab tantangan zaman,” kata Dirjen Nunuk Suryani.
Kepala BGTK Provinsi Riau Reisky Bestary mengatakan bahwa gedung ini nantinya akan digunakan sebagai pusat pembelajaran bagi para guru. “Di dalamnya terdapat ruang rapat berkapasitas 20 orang, ruang micro teaching berkapasitas 50 orang, serta studio podcast. Ruang micro teaching sudah dimanfaatkan sebanyak tiga kali untuk pelatihan guru,” jelas Reisky Bestary.

Sementara itu, Taman Numerasi dibangun sebagai bentuk nyata untuk mendukung Gerakan Numerasi Nasional. Menariknya, seluruh sarana yang ada di taman ini memanfaatkan bahan-bahan daur ulang.
“Tujuannya agar guru, khususnya dari satuan PAUD, bisa melihat contoh bahwa media pembelajaran bisa dibuat tanpa harus mengeluarkan anggaran besar. Harapannya, mereka terinspirasi untuk membangun taman numerasi di satuan pendidikan masing-masing,” pungkas Reisky Bestary.***
Pewarta: Iwan Ngadiman

