Pakar dermatologi Gretchen Frieling, MD membolehkan seseorang membersihkan kotoran di pusar asalkan dilakukan secara hati-hati karena masalah dapat terjadi jika hal itu melukai, mengikis kulit atau mengeluarkan darah.
Pada saat itu, imbuh Frieling, dapat berisiko terkena infeksi.
“Semakin Anda mengiritasi atau mengorek kulit, semakin buruk jadinya, terutama di area yang lebih terbatas seperti pusar,” kata dia seperti disiarkan Livestrong, Sabtu (28/5).
Selain itu, jika seseorang memiliki tindikan pusar dan mengoreknya terus menerus maka dia berisiko terkena infeksi atau perkembangan jaringan parut.
Beberapa bakteri di pusar merupakan hal normal karena kulit memiliki seluruh mikrobiomanya sendiri yang terdiri dari jutaan bakteri, jamur, dan virus yang membantu melindungi tubuh dari dunia luar, menurut peneliti dalam Nature Review Microbiology pada Januari 2018.
Adapun jenis bakteri apa yang mungkin hidup di pusar, menurut penelitian dalam jurnal PLOS One, terdapat sekitar 2.368 jenis bakteri berbeda.
Sebagian besar bakteri itu unik untuk orang tertentu, tetapi beberapa jenis bakteri yang paling umum ditemukan termasuk staphylococcus, corynebacterium, dan streptococcus.
Pusar mungkin juga mengandung kotoran, sebum (minyak) dan sel kulit mati, kata Dr. Frieling.
Pada dasarnya, seseorang tidak boleh secara aktif mencoba membuat pusarnya benar-benar bebas bakteri.
Namun, jika dia melihat ada benjolan jerawat, folikulitis, atau masalah pusar lainnya (seperti pusar gatal atau berbau), maka mungkin pertanda dia perlu melakukan pembersihan tambahan.
Frieling menyarankan seseorang mulai dengan membersihkan pusar di kamar mandi dengan sabun dan air.
“Pastikan Anda juga mengeringkannya dengan baik setelah mandi. Kemudian, gosok perlahan pusar Anda dengan kapas yang dicelupkan ke dalam alkohol. Dan usahakan agar area tersebut tetap kering setelahnya,” kata dia.
Jika kulit telanjur terkikis, maka sebaiknya lembapkan area dan tutupi dengan perban.
“Pastikan area itu bersih, lalu biarkan saja,” kata Frieling.