KETIKA saya berkunjung ke SMP Negeri 2 Tondano pada Rabu, 20 September 2023 saya diperkenalkan dengan seorang Ibu Guru yang murah senyum namun sekali-kali bisa tampak serius, dan dari penampilannya tampak bersahaja. Ternyata penampilannya tidak sehebat kemampuannya.
Ada rasa sungkan di wajahnya dan tampak takut-takut ketika diperkenalkan dengan kelompok kami yang antara lain adalah Kepala BGP Provinsi Sulut. Tetapi ketika diajak ngomong, dengan antusiasnya ia mulai menceritakan pengalamannya.
Ibu Guru itu baru saja dikukuhkan menjadi Guru Penggerak Angkatan 7 pada 18 Agustus 2023 lalu dan saat ini mengajar bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Tondano yang beralamatkan di Jalan Gunung Agung, Kelurahan Rinegetan, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa.
Dia pun mulai menceritakan pengalamannya semasa pendidikan hingga menerapkan apa yang didapat dari Program Pendidikan Guru Penggerak lalu. “Ada dua hal luar biasa yang terjadi pada diri saya. Pertama, saya bisa mengendalikan emosi untuk tidak marah-marah lagi kepada siswa, dan kedua, saya lebih percaya diri ketika berbicara di depan umum,” ungkapnya bersemangat yang membuat Kepala BGP Provinsi Sulut mengangguk-angguk kagum.
Dia pun melanjutkan kisahnya bahwa dia ikut Program Pendidikan Guru Penggerak karena disuruh oleh Kepala Sekolah. Selain itu, dia ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang pendidik.
Dalam pendidikannya dia diajarkan tentang kompetensi sosial emosional membawa diri kita, bagaimana menjadi seorang pemimpin yang harus mengambil keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, dan mengubah paradigma lama terhadap murid.
Berhamba ke Murid
Bahkan masih dalam masa pendidikan pun dia sudah mulai menerapkannya di sekolah, misalnya bagaimana berhubungan dengan murid, sebagai wali kelas dia mulai menciptakan ruangan kelas yang nyaman untuk belajar, menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi murid, dan yang terutama adalah mengubah paradigma teman guru untuk berhamba kepada murid; artinya, kalau mengajar tidak lagi marah-marah pada murid namun harus menuntun murid sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantoro.
Seiring berjalannya waktu, tidak jarang dia dimintai saran dan ilmu oleh teman-temannya untuk diterapkan di sekolah. Hebatnya lagi, Ibu Kepala Sekolah memberi kesempatan padanya untuk berbagi praktik baik. Di sini, dia menunjukkan bagaimana menggunakan model pembelajaran yang berdiferensiasi berpihak pada murid dan para guru sangat antusias untuk belajar.
Semuanya Beres
Bagaimana dengan dukungan keluarga? Baginya, dukungan keluarganya terutama suami sangatlah besar sekali dalam memberikannya motivasi untuk terus ikut pendidikan sampai selesai. Tidaklah mengherankan walaupun pekerjaan rumah sering terbengkalai namun karena suami mendukung maka semuanya beres.
Ketika ditanya, mengapa seorang Cinthia Paath, S.Pd.—nama sang Guru Penggerak ini— yang punya kemampuan lebih, kok bisa-bisanya menitikkan air mata ketika chit-chat dengan Kepala BGP Provinsi Sulut Arianto Batara, S.P., M.Pd.? Cinthia Paath pun menjawab: “Selain kita pe mata memang ba aer, karena kita pe pengalaman langsung didengar langsung oleh Kepala BGP. Trus, pengalaman itu riil ada beking. Ini kan kita nda sangka-sangka mo jadi bagini. Nda ada persiapan. Dan nda direncanakan.”***
Pewawancara: Iwan Ngadiman